Pulau Penyengat, Kini!
Anak kampung ini rupanya mendapat keberuntungan untuk (akhirnya) menginjak kampung halaman, Tanjung Pinang. Ya ! Seumur hidup, baru kali ini menginjak kampung halaman saya. Setelah sampai di Tanjung Pinang, langsung tidak membuang waktu untuk menyebrang ke Pulau Penyengat. perjalanan yang ditempuh ke Pulau ini memakan waktu kurang lebih 15-20 menit dari Dermaga Kuning Tanjung Pinang
Konon, cerita yang saya dengar langsung dari masyarakat lokal bahwa Pulau ini adalah Mas Kawin Putri Raja dulu lho. Wow !
Saya menemukan Bemor disini, Becak Motor, begitu masyarakat sini menyebutnya. Ada juga yang menyebutnya dengan sebutan Bentor, Becak Motor juga artinya.
Dengan ongkos Rp. 25.000 saya sudah bisa berkeliling melihat Makam-Makam bersejarah dan bangunan historis lainnya hingga kembali lagi ke ujung dermaga. Seru ya ?
Dengan ongkos Rp. 25.000 saya sudah bisa berkeliling melihat Makam-Makam bersejarah dan bangunan historis lainnya hingga kembali lagi ke ujung dermaga. Seru ya ?
Masjid Raya Sultan Riau Penyengat ini adalah salah satu masjid yang bersejarah pada zamannya dulu. Dibangun 1800 tahun lalu, tepatnya pada 1 syawal 1245 H atau tahun 1832 M. Bangunan Masjid ini dibangun dengan mencampur bahan dasarnya dengan Putih Telur. Cukup unik !
Kemudian perjalanan kami menuju ke Komplek Makam Kerajaan.
Kunjungan terakhir Saya bermuara ke gedung dengan arsitektur tradisional Melayu, Balai Adat Indra Perkasa. Terletak di tepi pantai menghadap laut dengan pemandangan yang menggoda.
Bangunan unik khas melayu di Kepulauan ini dijadikan Balai Adat yang biasanya memperagakan aneka ragam upacara adat Melayu.
Foto: Griska Gunara
_ Artikel ini pernah di post di Kompasiana.
baru tau saya gan.
ReplyDeletekonstruksi baja